Mendorong Kemandirian Nasional Melalui Kemandirian Pangan
Indonesia terus menunjukkan capaian luar biasa di sektor pertanian. Di tengah krisis pangan global yang melanda banyak negara dan menghadirkan tantangan besar bagi dunia, pertanian justru menjadi penopang utama perekonomian nasional sekaligus sumber kehidupan bagi jutaan keluarga petani.
Pertanian memiliki peran strategis dalam membangun kemandirian nasional melalui kemandirian pangan. Sektor ini menyumbang 11–13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), menghasilkan devisa Rp500–600 triliun per tahun, dan menyerap 28–30% tenaga kerja nasional.
Menurut Kepala Pusat Perakitan dan Modernisasi Pertanian Perkebunan, Kementerian Pertanian, Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, M.Si., “Pertanian adalah kekuatan bangsa. Dari sawah dan ladang yang subur, kita menegakkan kedaulatan ekonomi dan harga diri nasional.”

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Konferensi Internasional “Sustainable Agriculture in the Tropics”, yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanuddin, Makassar, pada Rabu (29/10). Konferensi ini dihadiri oleh akademisi, peneliti, dan praktisi pertanian dari berbagai negara yang membahas arah pembangunan pertanian tropis berkelanjutan di masa depan.
Sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan, Kementerian Pertanian telah meluncurkan Program Kemandirian Pangan 2025 yang menjadi Langkah strategis menuju swasembada beras nasional. Program ini meliputi optimalisasi lahan seluas 500.000 Ha, Pembangunan irigasi baru 225.000 Ha, serta pemanfaatan pompa air pertanian (PAT) di 500.000 Ha area produksi.
Melalui mekanisasi pertanian seperti traktor modern, drone, rice transplanter, dan combine harvester, produktivitas petani menjadi meningkat, sementara biaya produksi dapat diturunkan hingga 50%. Transformasi ini menjadi pondasi bagi pertanian maju, mandiri, dan berkelanjutan.

Pertanian modern kini juga sudah memasuki era baru yang ditandai dengan penerapan teknologi digital dan kecerdasan buatan dalam setiap tahapan produksi. Konsep ini dikenal sebagai Pertanian Presisi atau Smart Farming, yaitu sistem pertanian yang berbasis pada data, pengamatan, dan pengukuran secara akurat untuk menentukan tindakan yang paling efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
Transformasi digital ini sangat relevan bagi Generasi muda yang adaptif terhadap inovasi. Melalui program Petani Milenial, Duta Milenial Pertanian, dan Brigade Pangan, Kementerian Pertanian membuka peluang bagi anak muda menjadi pelaku utama pertanian modern berbasis inovasi dan kewirausahaan.
Lebih lanjut, Dr. Ketut Kariyasa menegaskan bahwa Perguruan Tinggi memiliki peran penting dalam memperkuat dan mempercepat transformasi pertanian menuju sistem yang inovatif, adaptif, dan berkelanjutan. Melalui riset, pendidikan, dan pengabdian masyarakat, perguruan tinggi menjadi motor penggerak lahirnya petani muda dan wirausahawan agritech.
Pada akhirnya, pertanian bukan hanya penyedia pangan, tetapi juga penggerak ekonomi dan penjaga kedaulatan bangsa. Dengan inovasi, kolaborasi, dan semangat gotong royong, Indonesia optimistis menjadi bangsa yang mandiri dan berdaulat melalui kekuatan pangan.